PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS
Ada lima definisi pengelolaan kelas. Definisi yang pertama berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi kedua berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Definisi ketiga didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku. Definisi yang didasarkan pada pandangan ini berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Definisi yang keempat memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Dalam kaitan ini definisi yang keempat berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan ikim sosio-emosional yang positif. Definisi kelima bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok sebagai intinya. Peran guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definisi kelima berbunyi : pengelolaan kelas ialaha seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan organisasi kelas yang efektif. Guru-guru perlu memahami dan memegang salah satu definisi yang akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan guru di kelas dalam mengolah kelasnya. Yang tepat untuk guru-guru ialah definisi yang pluralistik. Definisi pluralistik berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif, serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif.
MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS
Kegiatan guru dalam kelas meliputi 2 hal pokok yaitu mengajar dan mengolah kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan. Kegiatan mengolah kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi masalah dengan kegiatan-kegiatan di dalam kelasnya. Permasalah ini meliputi 2 jenis yaitu yang menyangkut pengajaran dan menyangkut pengelolaan kelas. Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu :
1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas.
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk masalah tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan yaitu yang bersifat perorangan dan yang bersifat kelompok. Ada 4 jenis panyimpangan tingkah laku yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan. Ada 4 teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan. (1) mencari perhatian, (2) mencari kekuasaan, (3) menuntut balas dan (4) masalah ketidakmampuan.
Masalah kelompok ada 7 dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas : (1) kekurangkompakan, (2) kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok, (3) reaksi negative terhadap sesame anggota kelompok, (4) penerimaan kelas atas tingkah laku yang menyimpang, (5) kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, (6) ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku abresid atau protes, (7) ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
PENDEKATAN PENGUBAHAN TINGKAH LAKU DALAM PENGELOLAAN KELAS
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas 2 anggapan dasar : (1) ada 4 proses yang perlu diperhatikan dalam belajar bagi semua orang dalam segala perhitungan dalam belajar bagi semua orang pada semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan, (2) proses belajar itu sebagian dipengaruhi oleh kejadian yang berlangsung di lingkungan. Tugas pokok guru ialah menguasai dan menerapkan 4 proses yang telah terbukti merupakan pengontrol tingkah laku manusia yaitu penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif. Pemberian ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinction) atau penundaan (timeout). Penghentian hukuman disebut penguatan negatif.
Penguatan positif yaitu pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud, mengakibatkan ditingkatnya frekuensi pemunculan tingkah laku yang dimaksud. Penghukuman menampilkan perangsang yang tidak diinginkan setelah dilakukannya suatu perbuatan yang menyebabkan frekuensi pemunculan tingkah laku itu menurun. Penundaan merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu. Penguatan negatif ialah peniadaan rangsang yang tidak mengenakkan setelah ditampilkan suatu tingkah laku yang dimaksud.
Keuntungan penggunaan hukuman : (1) dapat menghentikan dan mencegah berulangnya tingkah laku menyimpang siswa, (2) berfungsi pemberi petunjuk kepada siswa, (3) berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain. Kerugian penggunaan hukuman : (1) hukuman dapat ditafsirkan salah, (2) dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali, (3) dapat menyebabkan siswa agresif, (4) dapat menimbulkan reaksi negatif dari kawan-kawan siswa yang bersangkutan, (5) dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana di luar dirinya.
PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONAL DALAM PENGELOLAAN KELAS
Pendekatan sistem sosio-emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Tugas pengelolaan yang amat pokok dari guru ialah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif. Pokok pikiran Carl Rogers mengatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar ialah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru dan siswa. Rogers mengemukakan adanya kondisi tertentu yang mempengaruhi keberhasilan belajar dan yang paling penting ialah mutu sikap dalam hubungan interpersonal antara guru dan siswanya. Ada 3 sikap yaitu penampilan diri sebagaimana adanya, penerimaan dan empati. Ginot mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara yang hendaknya dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif yaitu : (1) alternatif pembicaraan kepada siswa, (2) jelaskan keadaan sebagaiman adanya, (3) kemukanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari, (4) hilangkan kekerasan dengan kerjasama, (5) kenali, terima, dan hormati ide-ide serta perasaan siswa, (6) hindari pertanyaan dan komentar yang dapat menimbulkan kemarahan, (7) hindari penggunaan kata-kata kasar, (8) sadari dan amati pengaruh kata-kata tertentu, (9) pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa.
Agar siswa dapat mencapai pengalaman sukses di sekolah, maka siswa harus mampu mengembangkan tanggung jawab sosial dan perasaan bahwa dirinya berarti. Tanggung jawab dan perasaan berarti itu merupakan hasil dari hubungan yang baik antara siswa dengan orang lain, baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa. Glasser mengajukan suatu proses untuk membantu seluruh kelas menangani masalah tingkah laku individual dan kelompok yaitu pertemuan kelas untuk memecahkan masalah sosial. Ada 2 hal yang amat penting dari pendapat-pendapat Dreikurs yaitu : (1) penekanan akan pentingnya suasana kelas yang demokratis dimana guru dan siswa sama-sama mewujudkan rasa tanggung jawab demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan kelas, (2) perlu diperhatikan pengaruh akibat-akibat tertentu ( dari suatu tindakan atau kejadian) atas tingkah laku siswa.
PENDEKATAN PROSES KELOMPOK
DALAM PENGELOLAAN KELAS
Pokok-pokok pikiran pendekatan ini berlatar belakang anggapan dasar sebagai berikut : (1) kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok yaitu kelompok kelas, (2) tugas pokok guru ialah mengembangkan dan mempertahankan suasana kelompok kelas yang efektif dan produktif, (3) kelompok kelas ialah suatu sistem sosial yang memiliki cirri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh sistem-sistem lainnya, (4) tugas pengelolaan kelas yang dilaksanakan guru ialah mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang dimaksud.
Menurut Schmuck dan Schmuck ada 6 unsur yang menyangkut pengelolaan kelas yaitu : harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan hubungan mereka. Johnson dan Bany mengemukakan 4 jenis kegiatan pemudahan : (1) mengusahakan terbinanya kesatuan dan kerjasama, (2) mengembangkan aturan dan prosedur kerja, (3) menerapkan kondisi-kondisi positif, (4) menyesuaikan pola tingkah laku kelompok yang selama ini ada dalam kelompok kelas. Sedangkan untuk mempertahankan ada 3 jenis kegiatan : (1) mempertahankan dan memperbaiki semangat, (2) mengatasi konflik, (3) mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
Menerapkan cara-cara pemecahan merupakan strategi yang baik sekali dipakai dalam pendekatan proses kelompok. Proses pemecahan masalah meliputi : (1) mengenali masalah, (2) menganalisa masalah, (3) mempertimbangkan alternatif pemecahan, (4) menilai hasil pemecahan dan memperoleh umpan balik. Mengubah tingkah laku kelompok meliputi penggunaan teknik-teknik pengubahan yang telah direncanakan yang mirip dengan pemecahan masalah kelompok. Perbedaannya ialah proses pemecahan masalah bertujuan memecahkan masalah, sedangkan proses pengubah yang telah direncanakan itu bertujuan agar cara-cara pemecahan masalah yang telah ditetapkan dapat diterima oleh kelompok. Tingkah laku pemudahan dalam pengelolaan kelas yang dilakukan guru meliputi : (1) mendorong perkembangan keeratan kelompok, (2) mengusahakan diterimanya aturan-aturan dan prosedur yang produktif, (3) membantu pemecahan masalah melalui penggunaan proses pemecahan masalah kelompok, (4) memperkuat tujuan, norma dan tingkah laku kelompok yang positif.
Johnson dan Bany mengemukakan suatu proses untuk mengatasi konflik : (1) susunlah pedoman untuk diskusi, (2) ungkapkan perbedaan-perbedaan pandangan terhadap kejadian itu, (3) ungkapkan dengan jelas apa yang terjadi, (4) kaji dan kenali sebab-sebab konflik, (5) kembangkan kesepakatan tentang sebab-sebab konflik dan tentang penyelesaian konflik itu, (6) rumuskan secara konkrit rencana tindakan yang akan diambil, (7) selenggarakan penilaian yang positif terhadap usaha-usaha kelompok dalam mengatasi konflik itu. Kounin mengemukakan tingkah laku guru yang penting dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas yang sukses yaitu kegiatan yang menyangkut penghayatan, peliputan, gerak pengelolaan dan perhatian yang terpusat pada kelompok.
PERAN DAN FUNGSI GURU SERTA SISWA
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR OLAHRAGA
Interaksi kegiatan guru dan siswa akan terjalin dengan erat, bila kedua kegiatan yang diperankannya itu mempunyai tujuan yang jelas dan dipahami maknanya baik oleh guru maupun siswa. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pengajaran itu sendiri pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor yang diharapkan terjadi setelah proses pengajaran berakhir. Guru sebagai pengemban tugas mengajar harus dapat membimbing aktivitas siswa kea rah perubahan perilaku yang diharapkan tujuan pendidikan atau pengajaran. Tugas guru ialah menata lingkungan serta membimbing aktivitas siswa agar dia dapat belajar bermain bola voli secara efektif.
Mengajar adalah suatu usaha yang sengaja dan terencana untuk menata lingkungan sehingga terjadi proses belajar mengajar pada siri sendiri siswa. Tidak terbatas hanya mengembangkan aspek intelektual siswa, namun proses belajar itu harus dapat pula mengembangkan pula aspek sikap, minat, ketrampilan, gerak, penghargaan norma-norma keseluruhan pribadi siswa. Tugas dan peran guru sebagai fasilitator tidak dapat dianggap ringan, Heitmann dan Kneer (1976 : 62) menjelaskan karakteristik guru yang berperan sebagai fasilitator : (1) mempunyai kepribadian yang baik, (2) mempunyai kesehatan yang baik, (3) mampu sebagai pemimpin, (4) memiliki sikap professional, (5) menarik dan berwibawa, (6) terampil dalam bidangnya, (7) intelijen (inteligence).
Nasution (1982 :12-17) mengemukakan 10 prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik yaitu : (1) memahami dan menghormati siswa, (2) menghormati bahan pelajaran yang diberikannya, (3) menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran, (4) menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu, (5) mengaktifkan murid dalam hal belajar, (6) memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata, (7) menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid, (8) mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikan, (9) tidak terikat satu buku-teks, (10) tidak memberikan pengetahuan saja melainkan senantiasa membentuk pribadi siswa.
Peran siswa dan proses belajar-mengajar gerak adalah belajar bahan pelajaran melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang merancang secara sengaja dan terencana, sehingga timbul perubahan-perubahan perilaku yang sesuai dengan apa yang diharapkan tujuan pengajaran dan kebutuhan siswa itu sendiri. Proses belajar gerak lebih menekankan unsur ketrampilan atau psikomotor, namun demikian tidak mengabaikan unsur kognitif dan afektif. Peran dan fungsi siswa dalam proses belajar mengajar gerak adalah belajar berbagai ketrampilan gerak sehingga seorang individu maupun sebagai anggota kelompok, ke arah pembentukan pribadi yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan siswa itu sendiri. Tentunya untuk mewujudkan perannya itu siswa harus aktif belajar ketrampilan gerak yang ditekuninya dengan berbagai kegiatan. Fase atau tahapan belajar gerak meliputi 3 tahapan utama yaitu tahap kognitif, fikasi dan otomatisasi.
GAYA MENGAJAR OLAHRAGA
a. Mengajar gaya komando
Ciri utama gaya ini adalah guru atau pelatih sangat dominan, kuasa dalam setiap tahap belajar mengajar. Siswa hanya mengikuti dan mematuhi keputusan guru dan bertindak sesuai segala hal yang digariskan guru. Yang mendasari gaya mengajar macam ini ialah teori belajar behaviorisme., khusus teori belajar stimulus-respons. Gaya komando ini mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya ialah : (1) membina keseragaman siswa dalam berpenampilan dan ketrampilan sesuai dengan pola-pola yang direka guru, (2) penampilan suatu kegiatan oleh sejumlah orang serentak dan seragam memberikan kesaan yang menarik, (3) bila waktu yang tersedia itu pendek, gaya komando memberikan hasil kesegaran jasmani dan perkembangan motorik yang lebih besar daripada gaya yang lain, (4) untuk kemungkinan berhasil tidak memerlukan pengetahuan yang mendalam, (5) guru dapat sepenuhnya mengontrol proses belajar. Sedangkan kerugiannya adalah : (1) tidak peka terhadap keperluan dan perbedaan perorangan, (2) menghambat perkembangan kreativitas dan individualitas, (3) tidak membangkitkan gairah untuk berlatih atau belajar diluar jam-jam pelajaran.
b. Mengajar Gaya Tugas.
Secara mendasar dapat dinyatakan bahwa gaya tugas ini merupakan satu langkah maju dari gaya komando. Di dalam gaya tugas ini sebagaian kecil keputusan bertindak itu diserahkan kepada siswa. Yang penting dalam hal ini adlah menyadarkan siswa bahwa mereka diperkenankan untuk mengambil beberapa keputusan terbatas. Namun demikian, dalam mengambil keputusan itu harus tetap dalam rangka kegiatan yang telah digariskan oleh guru. Gaya tugas inipun mengandung beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya ialah siswa dapat menyembunyikan dirinya atau mengasingkan diri dari kelompok dan gurunya.
c. Mengajar Gaya Resiprokal (Reciprocal).
Dalam tahap ini siswa dimungkinkan mengatur banyaknya ulangan dan kecepatan melaksanakan latiahn atau gerakannya. Gaya resiprokal memasukkan lagi sebagian unsur penilaian yang dilimpahkan kepada siswa. Yang dilimpahkan itu ialah penilaian yang bersifat formatif yaitu bertujuan untuk memperbaiki ketrampilan saja. Kedua, penilaian itu hanya berlaku antara dua siswa saja yaitu penilaian berlaku pada sepasang siswa yang memang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Mengajar Gaya Kelompok Kecil.
Gaya mengajar ini merupakan gubahan dari gaya resiprokal. Yang penting dalam kelompok ini ialah setiap anggota secara bergilir menjalankan tugas-tugas yang telah ditetapkan. Gaya kelompok kecil ini mempunyai keuntungan lain yaitu penggunaan peralatan yang lebih efisien.
BERBAGAI FORMASI BELAJAR OLAHRAGA
Tujuan daripada pengelolaan kelas di sini agar secara maksimal semua orang dapat aktif terlibat melakukan kegiatan yang diajarkan. Minimal giliran untuk melakukan kegiatan tersebut tidak terlalu lama. Untuk pengajaran kegiatan pendidikan olahraga yang efektif dan efisien seyogyanya dituntut penggunaan secara maksimal dari fasilitas dan ruang.Hal ini diperlukan untuk tetap memungkinkan seluruh siswa senantiasa aktif. Ini menuntut ketrampilan pengajar menyusun formasi, menyesuaikannya dengan fasilitas, ruang, serta peralatan yang tersedia.
ALAT DAN FASILITAS DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR OLAHRAGA
Alat adalah segala macam peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan olahraga, sedangkan fasilitas menunjuk kepada sarana-sarana olahraga. Bemacam-macam minat yang berbeda, spesifikasi setempat, perbedaan tingkat umur dan berbagai berbagai faktor lainnya, merupakan unsur-unsur yang menentukan terhadap kebutuhan akan alat dan fasilitas ini. Diantara faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan fasilitas yang akan dijalankan, umur dan kemampuan peserta (anak didik) dan periode pemakainya. Disamping itu perlu diingat bahwa program pendidikan olahraga adalah program yang fleksibel, yakni program yang tidak kaku (mati).
Fasilitas Luar dan Dalam Ruangan
Dalam Ruangan
Fasilitas dalam ruang adalah fasilitas olahraga yang terdapat dalam ruang tertutup. Fasilitas dalam ruang memang merupakan sarana olahraga yang penting fungsinya. Tidak saja untuk mendukung terlaksananya program pendidikan olahraga di sekolah, tapi juga menampung kegiatan-kegiatan olahraga di luar jadwal sekolah. Fasilitas ini dapat juga berfungsi sebagai wadah kegiatan olahraga masyarakat sekitarnya. Keuntungan lain dari adanya fasilitas dalam ruang adalah menyangkut soal musim.
Luar Ruang
Ada pula fasilitas ini yang memerlukan keterbukaan itu, terutama karena memerlukan areal yang luas. Untuk menjamin keselamatan pemakai, fasilitas luar ruang memerlukan orientasi seksama sebelumnya. Perlu pula mendapat perhatian masalah matahari, agar sinarnya jangan sampai mengganggu pemain.
Faktor Jenis
Secara umum dikenal 5 jenis kegiatan yang spesifik dalam kegiatan olahraga yaitu : (1) permainan, (2) atletik, (3) senam, (4) renang, (5) bela diri. Dilapangan bermain (playground), seharusnya terdapat alat-alat yang akan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencoba dan mengalami gerakan-gerakan, dan untuk pengembangan otot-otot utama (large-muscies) mereka. Juga diperlukan alat-alat yang akan mengembangkan koordinasi, alat-alat untuk memanjat, bergantung, keseimbangan, menolak dan menarik. Untuk anak-anak yang lebih kecil, alat-alat ini harusnya letaknya lebih rendah untuk keselamatan. Masalah lain yang perlu pula mendapat pertimbangan adalah pemisahan lokasi penempatan alat-alat luar ruang ini, sesuai dengan bberbagai kelompok umur.
Faktor Jumlah
Fasilitas merupakan kelengkapan olahraga yang sifatnya lebih permanen dan tidak sembarangan waktu dapat diadakan. Sedangkan alat merupakan kelengkapan yang lebih ringan yang terkadang diistilahkan juga dengan “barang habis”. Semakin lengkap alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran olahraga ini, semakin mudah guru olahraga membuat kondisi proses belajar mengajar menjadi demikian optimal. Namun jumlah alat kurang guru olahrag tetap dituntut untuk dapat mencari jalan keluar agar dapat tercipta proses belajar mengajar yang menguntungkan.
Faktor Ruang
Ruang (space) dalam konteks ini adalah semua tempat melakukan kegiatan pengajaran olahraga, baik yang di ruang tertutup, maupun di ruang terbuka. Yang akan diperbincangkan adalah faktor kondisi ruang dan pemanfaatannya. Bagi ruang tertutup diperlukan sistem penerangan yang baik, ventilasi serta kamar pakaian dan WC yang bersih. Masalah ventilasi setengah jam atau lebih berada dalam ruang ventilasi yang tidak baik, yang udara segar tidak dapat masuk, tentu saja tidak menyenangkan. Apalagi untuk melakukan kegiatan olahraga, dimana udara segar yang mengandung oksigen justru diperlukan.
Faktor Efisiensi
Adalah bijaksana bagi pihak yang menggunakan fasilitas yang tersedia secara efisien. Untuk dapat dipakai secara efisien, seyogyanya fasilitas tersebut multi-purpose. Ambil contoh sebuah sport-hall, agar sport-hall ini dapat dipakai secara efisien ruang ini harus ditata sedemikian rupa sehingga berbagai aktivitas olahraga dapat dilakukan, baik secara srimulus maupun secara bergiliran. Pemakaian alat secara efisien juga perlu dibudidayakan. Sangat tidak bijaksana jika dalam suatu proses belajar mengajar olahraga sampai ada alat yang menganggur tidak terpakai. Akan lebih edukatif jika kelompok yang sudah menguasai sesuatu teknik yang sedang di ajarkan itu, diberi kegiatan lain dengan pengalaman baru. Ini akan menimbulkan pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan mereka. Sejalan dengan pengelompokan aktivitas yang berbeda ini, akan terpakailah alat-alat secara efisien.
Faktor Keselamatan
Fasilitas baik berupa gedung maupun dalam bentuk lapangan-lapangan atau ruang yang ada dalam gedung itu sendiri, perlu mendapat pengawasan dan perawatan. Untuk bangunannya sendiri pintu masuk yang kokoh dengan sistem kunci yang biak akan menghindarkan keluar masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan. Mengenai keselamatan dalam mempergunakan alat, terutama yang menonjol adalah alat-alat lempar dalam cabang atletik Terutama yang penting ditekankan adalah masalah membawa alat-alat tersebut dari tempat penyimpanannya ke lapangan dan sebaliknya. Pada saat pemakaiannya di lapangan untuk menjamin keselamatan, pengajar perlu memilih pengaturan siswa (formasi) dalam mengajar.
makasih ya
Bapak, Ibu, abang, atau pun kaka.
karena :
Tugas aq bisa siap
kalau bisa lebih detil lg atau lengkap lg ya kk
Okey….
Di usahakan.
Wah…………… ada yang lebih lg ngk info tentang pengelolaan kelas tapi buat penjas ya……….. thank’s . salam kenal
abang..mbak..makasih ya!secara langsung Anda telah membantu saya
weh tkyu ya..ngebantu nih buat tambahan referensi…^^